Ikan Batak (Tor soro) bernilai budaya dan ekonomis yang tinggi. Ikan yang dulu sering ditemukan di Danau Toba dijadikan menu makanan raja – raja dan merupakan makanan sesembahan kepada Tuhan (upa-upa) yang diberikan kepada seseorang oleh Hula-hula atau hierarchi clan marga yang lebih tinggi (dalam falsafah kekerabatan Dalihan Natolu) dengan harapan mendapat berkat dari Tuhan berupa kesehatan, panjang umur, mendapat banyak keturunan, mudah rezeki di harta.

Ikan ini dikenal Ihan dari genus tor sedangkan di Sumatera Utara sendiri lebih akrab disebut ikan jurung. Menurut kottelat et al (1993), ikan batak sekilas mirip sekali dengan semah, kancra atau ikan dari Marga Tor. Perbedaannya, pada ikan batak terdapat 10 baris pori-pori yang tidak teratur (masing-masing memiliki tubus atau titik yang keras) pada masing-masing sisi moncong dan di bawah mata serta alur dari bagian belakang sampai ke bibir bawah terputus di bagian tengah. Nama ikan batak saat ini udah demikian pamor dikenal di Indonesia dan menjadi komoditas yang mahal karena bentuknya bagus dan memerlukan waktu sekitar 54 bulan untuk pembesarnya. Dan menjadi peluang untuk bergelut didunia bisnis, ikan dengan ukuran 2 – 3 cm dijual dengan harga Rp. 4.000 sedangkan dengan berat lebih kurang 100 g atau ukuran panjang total sekitar 21 cm dijual seharga Rp. 70.000 dan ikan dengan berat lebih dari 1 kg bisa dihargai sekitar Rp.700.000. Menurut Haryono (2007), Secara morfologis ikan batak Batak mempunyai ciri-ciri berupa cuping dengan ukuran sedang pada bagian bibir bawah yang tidak mencapai sudut mulut dan jari-jari sirip punggung yang mengeras memiliki panjang yang sama dengan panjang kepala tanpa moncong, bentuk tubuh pipih memanjang, dengan warna tubuh keperakan pada ikan muda dan berangsur-angsur berubah menjadi kuning kehijauan pada ikan dewasa. Bentuk tubuh ikan betina lebih gembung, sedangkan jantan langsing. Warna tubuh ikan jantan lebih gelap daripada ikan betina. Merupakan tipikal ikan penghuni kawasan hulu yang ditandai oleh arus air yang deras, berair jernih, dasar perairan berbatu, suhu air relatif rendah, kandungan oksigen tinggi, dan lingkungan sekitar berupa hutan. Ikan kecil sampai remaja menyukai bagian sungai yang berarus dan berbatuan. Sedangkan ikan dewasa menempati lubuk-lubuk sungai yang dalam. Di habitat aslinya, Ikan Batak memiliki gerakan yang sangat agresif, baik saat mengejar mangsa maupun menghindar dari ancaman. Oleh karena itu, di Malaysia dan India, ikan batak menjadi favorit para pemancing. Begitu pula di Pegunungan Muller, Kalteng, jika ikan terperangkap jala atau pukat, mereka akan memberontak sekuat tenaga untuk melepaskan diri. Ikan batak termasuk aktif di malam hari, sedangkan siang hari lebih banyak sembunyi di balik batuan atau gua-gua. Namun, jika mendengar atau melihat buah jatuh ke air, mereka akan segera mengejarnya. Sayangnya populasi ikan ini sudah menurun bahkan bisa dibilang langka di perairan Indonesia dan menjadi permasalah yang serius bagi masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Utara. Dengan permasalahan yang ada dan berbekal teknologi agar terus bisa menjaga keanekaragaman hayati, Instalasi Riset Plasma Nuftah Cijeruk sudah berhasil membudidayakannya.
(Penulis: Deni Radona – Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan)
https://kkp.go.id/brsdm/artikel/4767-mengenal-ikan-batak-lebih-dekat
Termasuk langka atau hampir punah ga sih? Karena susah sekali dicari sekarang